CERITA SUBUH
Ditulis oleh Aria Samudera
Seperti biasa shalat subuh berjamaah berjalan dengan tertib dan lancar. selesai shalat dan berdzikir para jamaah pun satu persatu kembali ke rumah masing-masing sebab mereka harus pergi berkerja. disaat saya sedang mematikan AC mushalla seorang anak muda menghampiriku dan menyapaku dengan salam yang kemudian bertanya kepadaku “bang, bolehkah saya bertanya sesuatu kepada abang?” tanyanya.
“boleh, insya Allah akan saya jawab jika saya bisa menjawabnya” seknanya sambil mematikan AC dan lampu mushalla.
kemudian kami melanjutkan percakapan kami sambil duduk di teras mushalla.
angin berhembus pelan. sejuk terasa membuat suasana pagi ini begitu nyaman dan nikmat. perlahan-lahan sambil mendengarkan pertanyaan anak muda tersebut aku menghrup dalam-dalam udara pagi ini yang katanya sangat bagus untuk tubuh.
“bang, sebelumnya saya mengungkapkan keslahan saya yang menyangka abang hanya hafal surat2 yang sangat pendek seperti alikhlas, alma’un dan alkaustar, sebab pada shalat jamaah magrib dan isyak biasanya abang hanya membaca surat2 itu, tapi ternyata pada shalat subuh berjamaah abang membaca surat yang sangat panjang sekali meurut saya, jujur kaki saya sampai pegel berdiri tadi bang, kenapa sieh bang harus membaca surat yang panjang saat subuh, apa abang ga takut jamaahnya jadi males shalat subuh karena kepanjangan surat yang abang baca?” katanya yang diakhiri dengan sebuah pertanyaan.
aku tersenyum mendengar pernyataan dan pertanyaannya seraya mejawabnya “mas, kamu baru hari ini ya ikut jamaah subuh disini?”
“iya bang” jawabnya dengan sedikit wajah malu.
“baru mas yang komplain atau mempertanyakan tentang panjangnya surat yang saya baca dalam shalat subuh jamaah, dan itu bagus mas, hehehehe… oh ya mas tadi telat ya datangnya?” kataku bertanya.
“iya bang, emang kenapa?” jawabanya
“sebelum shalat dimulai saya sudah bertanya terlebih dahulu kepada jamaah apakah ada yang terburu-buru atau tidak, dan apakah keberatan jika saya membaca surat yang agak pajang sedikit, tadi hanya surat an naba’ dan al-alaq mas, kadang-kadang saya juga baca surat al-mulk kalau hari jumat. tapi itu tentunya sudah dengan persetujuan jamaah yang hadir. slain memang dianjurkan untuk membaca yang agak panjang di waktu subuh, yang kedua adalah untuk menunggu warga yang mungkin masih telat bangunnya dan ingin shalat subuh berjamaah, misal seperti mas tadi, mungkin kalau saya baca surat yang biasa saya baca kalo shalat magrib atau isyak tadi mas tidak akan terkejar jamaah subuhnya.” jelasku padanya.
“oohh gitu ya bang, tapi sunguh lo bang, saya pikir abang hanya hafal surat-surat yang sangat pendek saja, seba setiap ikut jamaah magrib atau isya’ jika abang imamnya pasti surat yang abang baca tidak jauh dari surat2 yang abang sebut tadi diatas, hehehehehe… ternyata salah ya prasangka saya ke abang selama ini. jujur ya abang kadang malas juga saya berjamaah kalo surat yang dibaca hanya itu2 saja.” katanya
“hehehehe… gapapa yang penting kamu tidak membenci siapapun yang jadi imam disini karena hanya tidak sesuai dengan keinginan kamu, positiflah selalu.” kataku
“siap bang, hehehehe… boleh tanya lagi ga bang?” katanya
“bolehlah, apa hakku tuk melarangmu bertanya.. ” kataku sambil tersenyum mencandai dia.
“yang saya ingat nih ya bang, abang tuh keseringan surat yang dibaca adalah al-ikhlas, al-ma’un dan wal-ashr, kenapa bang sering banget hanya surat itu yang dibaca?” tanya kembali dengan wajah yang sangat serius akan keingin tahuannya. dalam bathinku berguman ternyata ada juga yang meperhatikan ku.
“yakin kamu mau tahu? atau hanya sekedar basa basi saja?” tanyaku sambil meledeknya.
“seriuslah bang” katanya
“ok, dengerin baik baik ya biar ga salah faham, sebab kalau salah faham bisa fatal akibatnya… hehehehehe.”bercandaku.
“kamu tahu surat ikhlas?” tanyaku
“iya tahu lah bang” jawabnya
“tahu ga kenapa kenapa disebut surat al-ikhlas, padahal tidak ada kata di surat itu yang menggunakan kata ikhlas?” tanyaku kembali.
“iyya ya bang, kenapa tuh bang?'” kaatanya malah balik bertanya kepadaku.
“tahu kan terjemahannya surat al-ikhlas?, isinya berbicara tentang apa?” tanyaku kembali kepadanya.
“al-ikhlas menjelaskan tentang keesaan Tuhan dan penegasan bahwa Allah itu tidak beranak dan diperanakkan, yang artinya Allah tidak pernah memiliki anak.” katanya dengan penuh semangat dan percaya diri.
“kamu yakin dengan itu, bahwa Allah itu satu, dan Allah itu tidak punya anak?” tanyaku kembali.
“yakinlah bang, seyakin-yakinnya.” katanya.
“kamu menerima ga, akan ke esaan Allah?” tanyaku kembali
“seratus persen yakin dan menerima bang” katanya.
“ikhlas ngga menerimanya?” tanyaku lagi
“ikhlas banget bang, luar dalam ikhlas” katanya dengan penuh keyakinan.
“itulah kenapa disebut al-ikhlas, karena surat ini menunjukakn keihlasan yang tingkat tinggi bagi orang yang meyakininya. yaitu orang yang meyakini ke esaan Allah, bahwa Allah itu satu, tidak beranak dan diperanakkan.” Jelasku.
“saya sering membaca surat al-ikhlas, karena mengingatkan diri saya sendiri dan jamaah yang hadir bahwa kita itu yakin dan ikhlas menerima ke esaan Allah dalam segala aspek bentuk kehidupan kita, agar jangan sampai kita menduakan Allah dengan meyakini bahwa ada Tuhan selain Allah.” Jelasku.
“ooh gitu ya bang, terus kalo surat al-kautsar kenapa bang?” tanyanya padaku kembali.
“dari al-kautsar itu kita dapat memahami akan firmal Allah untuk kebaikan hidup kita bahwa jika kita tidak ingin termasuk dalam golongan orang yang merugi, maka kita harus benar-benar bisa mengatur waktu kita, waktu yang Allah berikan kepada kita agar kita selalu beriman dan beramal sholeh, saling menasehati tentang kebenaran dan kesabaran.” Jawabku
“wah bang jadi panjang banget nih sepertinya obrolan kita ini, ada banyak hal yang ingin saya tanyakan berkenaan apa yang abang jelaskan, misal apa itu beriman, bermal sholeh, dan sebagainya, tapi kayaknya waktunya tidak akan cukup ya bang, karena sebentar lagi abang kan harus bekerja demikian juga dengan saya. Tapi tolong jelaskan dengan singkat dan jelas tentang kenap surat al-ma’un yang sering abang baca.” Komentarnya.
“ok mas, singkat aja ya… kalo masih ingin mengobrol panjang boleh next time aja sehabis isya saja biar waktunya bisa lebih panjang.” Kataku padanya
“ok bang” responnya.
“soal al-Ma’un itu, saya pribadi hanya ingin agar Allah selalu mengingatkan saya melalui firmannya yang sering saya baca bahwa dalam hidup ini kita harus selalu peduli terhadap anak yatim dan fakir miskin, sehingga tiap mendengar dan membaca surat tersebut kita akan selalu bermuhasabah, sudah berapa banyak anak yatim dan fakir miskin yang kita santuni setiap harinya sebagai tanda rasa syukur kita terhadap rejeki yang Allah berikan kepada kita setiap hari. Itu jawaban singkatku mas, bisa difahami ga mas? Kataku seraya bertanya kepadanya.
“iya ya bang, bener banget itu, ok bang saya faham. Trima kasih ya bang, senang banget ngobrol dengan abang, mudah2an ilmu saya bisa bermanfaat, bantuin doa ya bang biar bermanfaat ilmu saya.” Katanya
“amiin” responku.
“ok dech saya pamit dulu bang, assalamualaikum.” Katanya berpamitan yang langsung meninggalkanku duduk sendirian diteras mushalla. Akupun tersenyum mengingat kejadian pagi ini seraya berguman dalam hati Indah dan unik benar cara Allah mengingatkan saya dan menebarkan ilmuNya kepada mahluknya. Trimakasih ya Allah atas pagi yang indah dan barokah ini.